Minggu, 01 Juni 2014

                Halo semuanya. Kembali lagi di serial 3000 Kilometer. Sekarang masuk ke bagian kelima. Wah sudah kelima rupanya. Buat yang belum tau apa 3000 kilometer atau belum ngikutin cerita bersambung ini, monggo dibaca bagian-bagian sebelumnya. Untuk yang sudah baca terimakasih banyak ya. Buat yang belum mending pada baca (lah kok maksa). Well, lanjut saja lah.



              Edisi kelima ini menceritakan perjalanan di Bali hari ketiga loh. 27 Desember 2013 lebih tepatnya. Seperti biasa yang namanya liburan emang paling enak menikmati waktu-waktu yang ada, termasuk waktu tidur. Niatan jalan-jalan dari pagi, nyatanya kudu molor gara-gara nunggu orang molor bangun hehehe. Nah kegiatan hari ini dimulai dengan mengunjungi sebuah tempat wisata yang cukup ngehits banget di Bali. Nah, Garuda Wisnu Kencana alias GWK. Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ini letaknya di Badung, Bali dan menjadi salah satu objek wisata favorit di Bali.


Sang Dewa Wisnu
              GWK adalah sebuah taman wisata yang direncanakan akan didirikan sebuah maskot Bali yakni patung Dewa Wisnu yang menunggangi garuda setinggi 12 meter. Kalau sudah jadi, ini akan jadi patung terbesar dan tertinggi di Dunia bahkan mampu mengalahkan Patung Liberty di Amerika loh. Menurut info dari Wikipedia, area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ini berada di ketinggian 146 meter diatas tanah atau 263 meter diatas permukaan laut. Ohiya, patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan karya pematung Bali yang bernama I Nyoman Nuarta. Uniknya, patung-patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4000 ton dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Semua patung itu dibuat di Bandung dan kemudian diangkut ke Bali. Patung ini nantinya dapat dilihat dari jarak 20 kilometer yang meliputi Kuta, Sanur, Nusa Dua, bahkan Tanah Lot.


Ruang Amphitheatre GWK

Garuda Indonesia landing di Ngurah Rai
              Jadi, kita sekeluarga memutuskan untuk menikmati penampilan tari-tarian khas Bali yang ditampilkan di ruang Amphitheatre. Tepat jam 11 siang penampilan dimulai. Tari-tarian yang ditampilkan salah satunya tari Barong. Selepas asik melihat tari disana, langsung lah menuju Wisnu Plaza. Ditempat ini bernaung sang Dewa Wisnu yang masih belum utuh. Dari sini pemandangan yang bisa dinikmati itu banyak dan indah banget. Kalian bisa melihat gugusan pantai Kuta, jalan tol Bali Mandara, bahkan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai berikut pesawat yang mendarat dan terbang. Pokoknya pemandangannya keren dan terlihat penuh.

              Semakin siang, matahari semakin terik. Akhirnya perjalanan di GWK kita akhiri. Lagi-lagi hasrat belanja saat liburan sangat tinggi ditambah ternyata ada saudara yang punya usaha di Pasar Seni Sukowati. Pasar ini letaknya di selatan Gianyar ya sekitar satu jam lah dari Denpasar. Di pasar ini segala macam buah tangan dijual, mulai dari kain khas Bali, iket kepala Bali, baju-baju khas Bali, sampai replika bangunan-bangunan di Bali. Pasar ini bersifat pasar tradisional yang berarti bisa ditawar. Nah, satu hal yang harus diperhatikan adalah kalau kita mau belanja disana, harus pintar-pintar menawar. Kalau enggak, wah kalian bisa terjebak dengan harga yang mahal. Saran dari tante yang tinggal disana, kalau memang punya saudara yang tinggal di Bali ajak sekalian. Yaa itung-itung bantu nawar harga lah.

Pemandangan dari GWK

              Tidak terasa belanja disana sampai sekitar 2-3 jam. Hasilnya? Berbagai kantong plastik beraneka warna dan isi berhasil kita boyong. Tentunya, dengan harga nego bahkan gratisan hehehehe. Karena belum shalat Ashar dan Dzuhur, kita langsung ke rumah saudara yang letaknya tidak jauh dari pasar Sukowati. Sampai disana, kita langsung istirahat, sholat, dan makan. Sebuah pelajaran tentang toleransi gue dapetin disana. Saudara gue ini seorang muslim, tinggal dan bekerja di lingkungan Hindu (bahkan mereka mengontrak di sebuah rumah yang pemiliknya seorang Hindu sampai-sampai ada tempat sembahyang di halaman belakang rumahnya), punya usaha di pasar Sukowati dan karyawannya adalah orang Nusa Tenggara Timur beragama kristen. Tapi, semuanya akur. Bahkan om dan tante gue ini mempersilahkan karyawannya ini untuk libur natal. Pelajaran mahal buat orang-orang Jakarta nih.

              Kita sekeluarga kemudian sholat Maghrib dulu disana baru kemudian kembali lagi ke hotel. Ya kita kembali lagi ke Denpasar. Perjalanan malam terasa lancar diiringi sorot lampu jalanan. Setibanya di hotel, kami semua langsung istirahat, sholat Isya dan makan malam. Menu makan malamnya masih sama, nasi padang. Malam itu ibu minta semuanya tidur lebih cepat karena besok kita sudah harus kembali. Tapi karena ada Coldplay di NET, gue memilih begadang hehehe. Mata udah ngantuk, akhirnya gue tidur menyusul yang lain yang mungkin sudah mimpi kemana tau.

            Nah itu dia perjalanan di Bali hari ketiga. 3000 Kilometer bagian keenam akan menceritakan perjalanan kembali kita dari Bali nih. Penasaran? Tetap tunggu kelanjutannya disini, di Fauzan Bercerita! Terimakasih yang sudah ngikutin dari bagian pertama sampai kelima ini. sampai ketemu lagi, Bye!

FAUZAN BERCERITA . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates