3000 Kilometer Part 5
Halo semuanya.
Kembali lagi di serial 3000 Kilometer. Sekarang masuk ke bagian kelima. Wah
sudah kelima rupanya. Buat yang belum tau apa 3000 kilometer atau belum
ngikutin cerita bersambung ini, monggo dibaca bagian-bagian sebelumnya. Untuk
yang sudah baca terimakasih banyak ya. Buat yang belum mending pada baca (lah
kok maksa). Well, lanjut saja lah.
Edisi kelima ini menceritakan
perjalanan di Bali hari ketiga loh. 27 Desember 2013 lebih tepatnya. Seperti
biasa yang namanya liburan emang paling enak menikmati waktu-waktu yang ada, termasuk
waktu tidur. Niatan jalan-jalan dari pagi, nyatanya kudu molor gara-gara nunggu
orang molor bangun hehehe. Nah ke giatan hari ini dimulai dengan mengunjungi
sebuah tempat wisata yang cukup ngehits banget di Bali. Nah, Garuda Wisnu
Kencana alias GWK. Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ini letaknya di Badung,
Bali dan menjadi salah satu objek wisata favorit di Bali.
Sang Dewa Wisnu |
GWK adalah sebuah taman wisata
yang direncanakan akan didirikan sebuah maskot Bali yakni patung Dewa Wisnu
yang menunggangi garuda setinggi 12 meter. Kalau sudah jadi, ini akan jadi
patung terbesar dan tertinggi di Dunia bahkan mampu mengalahkan Patung Liberty
di Amerika loh. Menurut info dari Wikipedia, area Taman Budaya Garuda Wisnu
Kencana ini berada di ketinggian 146 meter diatas tanah atau 263 meter diatas
permukaan laut. Ohiya, patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan karya pematung
Bali yang bernama I Nyoman Nuarta. Uniknya, patung-patung ini terbuat dari
campuran tembaga dan baja seberat 4000 ton dengan tinggi 75 meter dan lebar 60
meter. Semua patung itu dibuat di Bandung dan kemudian diangkut ke Bali. Patung
ini nantinya dapat dilihat dari jarak 20 kilometer yang meliputi Kuta, Sanur,
Nusa Dua, bahkan Tanah Lot.
Ruang Amphitheatre GWK |
Garuda Indonesia landing di Ngurah Rai |
Jadi, kita sekeluarga memutuskan
untuk menikmati penampilan tari-tarian khas Bali yang ditampilkan di ruang
Amphitheatre. Tepat jam 11 siang penampilan dimulai. Tari-tarian yang
ditampilkan salah satunya tari Barong. Selepas asik melihat tari disana,
langsung lah menuju Wisnu Plaza. Ditempat ini bernaung sang Dewa Wisnu yang
masih belum utuh. Dari sini pemandangan yang bisa dinikmati itu banyak dan
indah banget. Kalian bisa melihat gugusan pantai Kuta, jalan tol Bali Mandara,
bahkan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai berikut pesawat yang mendarat dan
terbang. Pokoknya pemandangannya keren dan terlihat penuh.
Semakin siang, matahari semakin
terik. Akhirnya perjalanan di GWK kita akhiri. Lagi-lagi hasrat belanja saat
liburan sangat tinggi ditambah ternyata ada saudara yang punya usaha di Pasar
Seni Sukowati. Pasar ini letaknya di selatan Gianyar ya sekitar satu jam lah
dari Denpasar. Di pasar ini segala macam buah tangan dijual, mulai dari kain
khas Bali, iket kepala Bali, baju-baju khas Bali, sampai replika
bangunan-bangunan di Bali. Pasar ini bersifat pasar tradisional yang berarti
bisa ditawar. Nah, satu hal yang harus diperhatikan adalah kalau kita mau
belanja disana, harus pintar-pintar menawar. Kalau enggak, wah kalian bisa
terjebak dengan harga yang mahal. Saran dari tante yang tinggal disana, kalau
memang punya saudara yang tinggal di Bali ajak sekalian. Yaa itung-itung bantu
nawar harga lah.
Pemandangan dari GWK |
Tidak terasa belanja disana sampai
sekitar 2-3 jam. Hasilnya? Berbagai kantong plastik beraneka warna dan isi
berhasil kita boyong. Tentunya, dengan harga nego bahkan gratisan hehehehe.
Karena belum shalat Ashar dan Dzuhur, kita langsung ke rumah saudara yang
letaknya tidak jauh dari pasar Sukowati. Sampai disana, kita langsung
istirahat, sholat, dan makan. Sebuah pelajaran tentang toleransi gue dapetin
disana. Saudara gue ini seorang muslim, tinggal dan bekerja di lingkungan Hindu
(bahkan mereka mengontrak di sebuah rumah yang pemiliknya seorang Hindu
sampai-sampai ada tempat sembahyang di halaman belakang rumahnya), punya usaha
di pasar Sukowati dan karyawannya adalah orang Nusa Tenggara Timur beragama
kristen. Tapi, semuanya akur. Bahkan om dan tante gue ini mempersilahkan
karyawannya ini untuk libur natal. Pelajaran mahal buat orang-orang Jakarta
nih.
Kita sekeluarga kemudian sholat
Maghrib dulu disana baru kemudian kembali lagi ke hotel. Ya kita kembali lagi
ke Denpasar. Perjalanan malam terasa lancar diiringi sorot lampu jalanan. Setibanya
di hotel, kami semua langsung istirahat, sholat Isya dan makan malam. Menu
makan malamnya masih sama, nasi padang. Malam itu ibu minta semuanya tidur
lebih cepat karena besok kita sudah harus kembali. Tapi karena ada Coldplay di
NET, gue memilih begadang hehehe. Mata udah ngantuk, akhirnya gue tidur
menyusul yang lain yang mungkin sudah mimpi kemana tau.
Nah itu dia perjalanan di Bali hari ketiga. 3000
Kilometer bagian keenam akan menceritakan perjalanan kembali kita dari Bali
nih. Penasaran? Tetap tunggu kelanjutannya disini, di Fauzan Bercerita!
Terimakasih yang sudah ngikutin dari bagian pertama sampai kelima ini. sampai
ketemu lagi, Bye!