Cuap Cuap Seputar Pemimpin
Hai semuanya.
Apa
kabar?
Moga-moga baik-baik aja yaa
Hari ini gue mau
ngepost nih. Akhir-akhir ini fikiran lagi berkecamuk *asik. Salah satunya
seputar pemimpin. Pemimpin dimana pun.
Belakangan ini
keseharian gue dipenuhi dengan kata-kata pemimpin. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khususnya di satu bidang, sehingga dia mampu memengaruhi orang lain untuk
melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan bersama
Saat ini gue ngerasa, banyak orang yang
hendak atau mengajukan diri menjadi seorang pemimpin. Entah di level mana ia
berada. Tingkatan rendah hingga tinggi, banyak orang berbondong-bondong
mengajukan diri menjadi pemimpin.
Tapi ironis, banyak mereka-mereka itu
yang kurang memiliki kecakapan. Kecapakan berkomunikasi, kecakapan berfikir,
bahkan kecakapan memimpin. Padahal kemampuan memimpin itu mutlak harus ada dan harus
bisa diterapkan oleh mereka-mereka yang hendak menjadi pemimpin. Mereka itulah
yang kemudian hanya sekedar menjadi pemimpin untuk dipajang fotonya, dikenal
namanya, atau bahkan merengkuh harta dan penghormatan dari berbagai pihak.
Kemudian yang terjadi saat ini juga
adanya pemimpin pesanan. Apa maksudnya? Mereka yang telah dititipi oleh suatu
pihak, entah pihak besar ataupun kecil untuk kemudian mempengaruhi kebijakan
yang akan dibuat. Tentulah pihak-pihak yang hendak memesan pemimpin ini mesti
jeli dalam memilih calon pinangannya. Pasti ada kriteria-kriteria dan syarat-syarat
tertentu. Terpenting adalah bagaimana calon pemimpin ini mampu membawa pesanan
tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
Kenapa ada pemimpin pesanan? Hal ini
terjadi akibat rasa ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap pihak-pihak lain
atau calon-calon lain yang dirasa mampu memimpin tapi berbahaya bila akhirnya
terpilih. Seperti apa? Ya misalkan saja apabila seseorang ini terpilih maka
mampu terjadi sebuah revolusi besar-besaran. Layaknya seperti Adli Mansour yang
hadir menggulingkan Mohammad Mursi.
Sekarang memang sudah masanya demokrasi
yang itu berarti siapapun berhak menjadi pemimpin. Siapapun. Tua, muda,
laki-laki, perempuan, kaya, miskin, pengusaha, hingga rakyat jelata berhak
menjadi pemimpin. Asal tadi, mampu memimpin dan memengaruhi rakyatnya untuk
mencapai tujuan bersama.
Tapi sayang, keran demokrasi sampai saat
ini masih sulit untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin yang revolusioner.
Akhirnya yang terjadi pemimpin-pemimpin mainstream yang terus menerus
melanjutkan kebijakan-kebijakan mainstream ditengah rakyat yang kian
mainstream.
Ditengah keprihatinan terhadap sosok
pemimpin ini, ada sebuah kutipan yang cukup menggambarkan kondisi sekarang,
yaitu A Good Man In The Wrong Position atau A Wrong Man In The Good Position.
Orang yang benar di posisi yang salah atau Orang yang salah di posisi yang
benar. Hal itulah yang nampaknya terjadi atau akan terjadi saat ini dan saat
yang akan datang. Contohnya, seseorang yang padahal selayaknya memimpin di
posisi A, nyatanya ditempatkan di posisi B padahal seseorang ini mampu dan
sudah hafal betul mengenai tugas dan kebijakan di posisi A. Begitupula
sebaliknya.
Tapi hal itu kadang ditutup dengan
alasan, Tidak Ada Orang Lain. Kata-kata itu pamungkas untuk kemudian menyatakan
“Cuma Dia Yang Bisa”. Walau sebenarnya masih banyak orang yang bisa memimpin
atau sekedar menempati posisi yang benar sehingga tercipta A Good Man In The
Good Position.
Ya itu sekedar cuap-cuap singkat belaka.
Kalo emang ada yang tidak sependapat dengan itu diatas, mari didiskusikan. Toh
ini semua demi terciptanya pemimpin yang baik, yang benar, dan yang mampu
memimpin. Bukan sekedar memuaskan suatu golongan semata.
Kata terakhir: "Pemimpin adalah Milik
Semua bukan Suatu Golongan. Pemimpin boleh diajukan oleh Suatu Golongan, tetapi
Tetap Bekerja untuk Semua."
Sekian.
Wassalam