3000 Kilometer Part 4
Hai pembaca semuanya! Ketemu lagi di Fauzan Bercerita. Sebelumnya
terimakasih sudah baca blog ini hehehe. Ohiya, ini tahun kelima Fauzan
Bercerita lahir. Alhamdulillah, masih produktif sampai tahun kelima. Sekarang kita
lanjut lagi cerita 3000 kilometer nih. Sekarang sudah masuk part keempat. Sudah
baca kan edisi pertama sampai ketiga? Mau tahu kelanjutannya gimana? Yaudah,
lanjut saja lah edisi keempat ini. Check This Out!
Pulau Penyu |
26 Desember,
tepat 9 tahun Tsunami Aceh kita sekeluarga lanjut menikmati pesona Bali
Selatan. Kita langsung ke Nusa Dua lewat jalan tol Bali Mandara. Sekitaran jam
11 siang, kita sudah sampai di Nusa Dua. Nah disana kita ikutan
paket tur ke pulau penyu. Pulau penyu ya sudah pasti isinya penyu. Nah disana
ada sebuah peternakan sekaligus konservasi berbagai jenis penyu. Penyu-penyu
disana diletakkan di kolam-kolam yang dipisahin berdasar ukuran dan juga jenis
penyunya. Wah ternyata pulaunya ramai banget. Tidak cuma penyu, ada berbagai
unggas, mamalia, sampai reptil loh. Selain itu pantainya juga berpasih putih. Tapi,
siap-siap untuk bawa topi dan air minum. Bah, panasnya.
Koleksi penyu di Pulau Penyu |
Selesai nikmatin
pulau penyu, kita langsung dibawa ke tengah laut untuk memberi makan ikan. Nah ini
macam gugusan karang yang disana banyak banget ikan-ikan beragam warna. Kita diberi
roti untuk makanan ikan. Sayang, ikannya kurang tertarik sama rotinya walhasil
banyak sampah roti mengambang di laut. Hm.. pencemaran jadinya. Setelah sekitar
15 menitan, kita langsung balik lagi ke tepian untuk lanjut perjalanan lagi ke
destinasi-destinasi yang lain di wilayah Bali Selatan.
Pusat Peribadatan Puja Mandala |
Setelah dari
Nusa Dua, kita langsung pergi lagi ke Pandai Pandawa. Eits, sebelumnya kita
mampir dulu di sebuah pusat peribadatan. Pernah ke Taman Mini? Nah disana
beberapa tempat ibadah sengaja dibangun berdekatan. Ternyata, di Nusa Dua pun
ada. Disana ada Pusat Peribadatan Puja Mandala. Ada 5 tempat ibadah disana
untuk penganut lima agama. Ada Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria
Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit
Dua, dan Pura Jagatnatha. Subhanallah, ternyata persatuan dan kerukunan terjaga
banget disini. Jadi ingat kutipan yang ditulis di buku The Naked Traveler yang
juga kutipan dari lagunya Michael Franti yaitu “God is too big for just one
religion”.
Setelah disana
kita sholat dan istirahat. Kita langsung lagi jalan ke Pantai Pandawa. Ada yang
tahu? Menurut info, pantai ini masih terbilang baru dikenal wisatawan. Akses jalan
kesananya pun masih kecil dan sering macet kalau papasan dengan kendaraan
besar, macam bus atau truk. Pantai Pandawa ini letaknya di Desa Kutuh, Kuta
Selatan, Badung, Bali. Pantai ini menarik soalnya kita harus “membelah”
perbukitan kapur dulu. Karena itu, pantai ini juga disebut pantai rahasia
(secret beach). Tapi birunya laut selatan Bali yang juga Samudera Hindia ini
dijamin cakep banget lah. Tidak cuma itu, di permukaan dinding kapur ada lima
pahatan patung Pandawa lima yaitu Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa, dan Arjuna.
Pantai Pandawa |
Selepas dari sana, kita
langsung ke Pura Luhur Uluwatu. Pura ini terletak di Desa Pecatu, Badung, Bali.
Menurut info dari wikipedia, pura ini adalah
Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja
seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran
Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta
suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir
tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksah
atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur
Uluwatu.
Pura Luhur Uluwatu |
Pura
Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Di depan pura
terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga
kesucian pura. Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang
erat kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura
Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan.
Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada
hari-hari piodalan-nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan
dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari.
Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.
Ohiya,
semua pengunjung disana wajib menaati sejumlah peraturan seperti menggunakan
kain yang diikat di pinggang, dan tidak diperkenankan wanita yang sedang haid
untuk masuk ke pura luhur. Kita sekeluarga disana menikmati jelang-jelang
terbenamnya matahari. Walaupun tidak sampai melihat sunset alias matahari
terbenam karena kita masih ada tujuan wisata lainnya. Apalagi kalau bukan
wisata belanja. Omong-omong wisata belanja, kita memilih sebuah toko oleh-oleh
terkenal di Bali. Yup, Krisna. Toko oleh-oleh yang satu ini letaknya tidak jauh
dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali. Toko oleh-oleh ini buka 24
jam dan menawarkan pernak pernik khas Bali. Mulai dari makanan, suvenir, kain,
sampai baju yang tentunya semua khas Bali. Harganya bervariasi, mulai dari yang
murah sampai yang mahal pun ada. Ohiya, siap-siap untuk ditempel ya tubuh anda
oleh stiker. Stiker ini “ditempel” oleh karyawan Krisna untuk menunjukkan Anda
pengunjung keberapa hari ini.
Selepas seharian kami keliling Bali. Tiba saatnya kembali
ke hotel dan beristirahat. Sesampainya di hotel ternyata Ibu dan Ayah masih
kepingin jalan-jalan di seputaran pantai Kuta. Karena berhubung gue sudah
lelah, gue memilih istirahat di hotel selagi yang lainnya jalan-jalan. Perjalanan
hari kedua di Bali pun selesai. Bagaimana di hari ketiga? Tunggu saja di edisi
kelima. Terimakasih sudah mau membaca. Bye!