Senin, 26 Mei 2014

              Hai pembaca semuanya! Ketemu lagi di Fauzan Bercerita. Sebelumnya terimakasih sudah baca blog ini hehehe. Ohiya, ini tahun kelima Fauzan Bercerita lahir. Alhamdulillah, masih produktif sampai tahun kelima. Sekarang kita lanjut lagi cerita 3000 kilometer nih. Sekarang sudah masuk part keempat. Sudah baca kan edisi pertama sampai ketiga? Mau tahu kelanjutannya gimana? Yaudah, lanjut saja lah edisi keempat ini. Check This Out!




Pulau Penyu
           26 Desember, tepat 9 tahun Tsunami Aceh kita sekeluarga lanjut menikmati pesona Bali Selatan. Kita langsung ke Nusa Dua lewat jalan tol Bali Mandara. Sekitaran jam 11 siang, kita sudah sampai di Nusa Dua. Nah disana kita ikutan paket tur ke pulau penyu. Pulau penyu ya sudah pasti isinya penyu. Nah disana ada sebuah peternakan sekaligus konservasi berbagai jenis penyu. Penyu-penyu disana diletakkan di kolam-kolam yang dipisahin berdasar ukuran dan juga jenis penyunya. Wah ternyata pulaunya ramai banget. Tidak cuma penyu, ada berbagai unggas, mamalia, sampai reptil loh. Selain itu pantainya juga berpasih putih. Tapi, siap-siap untuk bawa topi dan air minum. Bah, panasnya.

Koleksi penyu di Pulau Penyu
            
                Selesai nikmatin pulau penyu, kita langsung dibawa ke tengah laut untuk memberi makan ikan. Nah ini macam gugusan karang yang disana banyak banget ikan-ikan beragam warna. Kita diberi roti untuk makanan ikan. Sayang, ikannya kurang tertarik sama rotinya walhasil banyak sampah roti mengambang di laut. Hm.. pencemaran jadinya. Setelah sekitar 15 menitan, kita langsung balik lagi ke tepian untuk lanjut perjalanan lagi ke destinasi-destinasi yang lain di wilayah Bali Selatan.

Pusat Peribadatan Puja Mandala
            Setelah dari Nusa Dua, kita langsung pergi lagi ke Pandai Pandawa. Eits, sebelumnya kita mampir dulu di sebuah pusat peribadatan. Pernah ke Taman Mini? Nah disana beberapa tempat ibadah sengaja dibangun berdekatan. Ternyata, di Nusa Dua pun ada. Disana ada Pusat Peribadatan Puja Mandala. Ada 5 tempat ibadah disana untuk penganut lima agama. Ada Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit Dua, dan Pura Jagatnatha. Subhanallah, ternyata persatuan dan kerukunan terjaga banget disini. Jadi ingat kutipan yang ditulis di buku The Naked Traveler yang juga kutipan dari lagunya Michael Franti yaitu “God is too big for just one religion”.

            Setelah disana kita sholat dan istirahat. Kita langsung lagi jalan ke Pantai Pandawa. Ada yang tahu? Menurut info, pantai ini masih terbilang baru dikenal wisatawan. Akses jalan kesananya pun masih kecil dan sering macet kalau papasan dengan kendaraan besar, macam bus atau truk. Pantai Pandawa ini letaknya di Desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung, Bali. Pantai ini menarik soalnya kita harus “membelah” perbukitan kapur dulu. Karena itu, pantai ini juga disebut pantai rahasia (secret beach). Tapi birunya laut selatan Bali yang juga Samudera Hindia ini dijamin cakep banget lah. Tidak cuma itu, di permukaan dinding kapur ada lima pahatan patung Pandawa lima yaitu Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa, dan Arjuna.


Pantai Pandawa

            Selepas dari sana, kita langsung ke Pura Luhur Uluwatu. Pura ini terletak di Desa Pecatu, Badung, Bali. Menurut info dari wikipedia, pura ini  adalah Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya. Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksah atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.

Pura Luhur Uluwatu
                Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura. Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat kaitannya dengan pura induk. Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan. Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari-hari piodalan-nya. Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.

            Ohiya, semua pengunjung disana wajib menaati sejumlah peraturan seperti menggunakan kain yang diikat di pinggang, dan tidak diperkenankan wanita yang sedang haid untuk masuk ke pura luhur. Kita sekeluarga disana menikmati jelang-jelang terbenamnya matahari. Walaupun tidak sampai melihat sunset alias matahari terbenam karena kita masih ada tujuan wisata lainnya. Apalagi kalau bukan wisata belanja. Omong-omong wisata belanja, kita memilih sebuah toko oleh-oleh terkenal di Bali. Yup, Krisna. Toko oleh-oleh yang satu ini letaknya tidak jauh dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali. Toko oleh-oleh ini buka 24 jam dan menawarkan pernak pernik khas Bali. Mulai dari makanan, suvenir, kain, sampai baju yang tentunya semua khas Bali. Harganya bervariasi, mulai dari yang murah sampai yang mahal pun ada. Ohiya, siap-siap untuk ditempel ya tubuh anda oleh stiker. Stiker ini “ditempel” oleh karyawan Krisna untuk menunjukkan Anda pengunjung keberapa hari ini.

            Selepas seharian kami keliling Bali. Tiba saatnya kembali ke hotel dan beristirahat. Sesampainya di hotel ternyata Ibu dan Ayah masih kepingin jalan-jalan di seputaran pantai Kuta. Karena berhubung gue sudah lelah, gue memilih istirahat di hotel selagi yang lainnya jalan-jalan. Perjalanan hari kedua di Bali pun selesai. Bagaimana di hari ketiga? Tunggu saja di edisi kelima. Terimakasih sudah mau membaca. Bye!

FAUZAN BERCERITA . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates