Riau (Kami) Berkabut
Assalammualaikum
Warahmatullah Wabarakatuh
Salam
Sejahtera Bagi Kita Semua
Apa
kabarnya semua? Semoga semuanya dalam keadaan yang baik-baik dan dalam
lindungan Tuhan ya, Aamiin…
Kali ini
gue mau membahas tentang apa yang sekarang lagi hangat dibicarain banyak orang.
Sekarang gue mau bahas tentang Riau. Tau kan Riau? Provinsi yang kental banget
dengan suasana dan budaya Melayunya. Provinsi yang berwarna “kuning” alias
digawangi pemimpin dari partai kuning ini sekarang lagi menghadapi kasus yang bias
dibilang serius. Yap, kebakaran hutan. Sebenarnya kasus kebakaran hutan di Riau
udah bukan hal yang aneh, ini mungkin udah jadi rahasia umum buat semuanya. Tahun
lalu dan juga tahun-tahun sebelumnya sudah pernah kasus ini terjadi. Tapi kenapa
tahun ini jadi topik pembicaraan banget?
Titik api di Riau per 12 Maret 2014 |
Tahun lalu,
penanganan kabut asap di Riau bener-bener total. Kenapa? Tahun lalu Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja mati-matian untuk mengatasi
kabut asap di Riau. Gue inget, Kepala BNPB Pak Syamsul Maarif tahun lalu stay
di posko BNPB di Riau. Tahun ini sih BNPB kembali terjun, tapi entahlah. Tahun
lalu juga penanganan kabut asap dilakukan terpadu dengan beberapa pihak,
seperti BNPB hingga TNI/Polri. Tahun ini juga nampaknya begitu, tapi entah juga
kenapa susah juga ditanganinya. Bahkan tahun ini sampai juga dilakukan
modifikasi cuaca yang sempat sukses “mengacak-acak” cuara Jakarta beberapa
bulan ini.
Memang,
titik api di Riau tahun ini banyak dan semakin liar. Kenapa semakin liar?
Bayangin hutan biosfer yang ibaratnya hutan konservasi ikut-ikutan (atau
diikutkan) terbakar. Hutan yang seharusnya dilindungi, ternyata ikut kebakar. Cara
membuka lahan masyarakat dengan membakar hutan juga menambah parah kebakaran dan
kabut asap di Riau. Titik asapnya tuh enggak Cuma satu, atau sepuluh. Tapi
ratusan. Ada ratusan titik api se-Provinsi Riau. Kalo kebakaran karena iklim
kering, itu mungkin hukum alam. Tapi kalo kebakaran karena dibakar, dan yang
bakar bukan perorangan tapi perusahaan apa masih disebut hukum alam? Bahkan kalo
kata gue, tidak pantes disebut bencana kebakaran hutan atau kabut asap.
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru ikut-ikutan diasapin |
Kabut asap
ini bukan cuma “mengepung” Riau aja. Dua minggu lalu, Sumatera Utara
ikut-ikutan di-asap-in akibat kebakaran hutan di Riau. Sekarang, giliran
Sumatera Barat tepatnya di Bukittinggi yang paling kena imbas asap kebakaran
hutan di Riau yang paling parah. Wajar, kalo Gubernur Sumatera Barat Irwan
Prayitno sampai bagi-bagi masker di Bukittinggi dan minta beberapa sekolah
meliburkan anak muridnya. Tidak cuma Sumbar, Jambi pun ikut kena dampaknya. Harus
diketahui juga, Bandar Udara Syarif Kasim Pekanbaru pun ikut ditutup dan
otomatis banyak penumpang terlantar dan maskapai penerbangan kudu rugi. Info terbaru,
beberapa penerbangan ke Bandar Udara Minangkabau Sumbar ikut mengalami
penundaan gara-gara kabut asap ini.
Kabut asapnya juga sampai di Padang, Sumatera Barat |
Alhamdulillah,
presiden kita pak SBY akhirnya sudah bersuara dan meminta semua pihak untuk
ikut mengatasi masalah ini. Bahkan ada menteri yang tidak ikut rapat mengenai
kabut asap, pak presiden sampai marah-marah. Tapi, respon pak SBY ini memang
dibilang terlambat. Beliau baru angkat bicara setelah banyak komentar sinis di
media sosial bahkan sampai ada surat untuk presiden. Mungkin pak SBY tahu,
mention twitternya penuh karena kabut asap. (atau malah asapnya sampai Istana).
Tapi tenang, pak SBY diminta untuk tidak perlu datang ke Riau. Pak wagub Riau
loh yang minta itu. Mungkin maksudnya pak Beye diminta mengatasi asap tanpa harus
terkena asap secara langsung.
Lagipula untuk
objek fotonya Bu Ani tidak bagus kan?