Jumat, 14 Maret 2014

Assalammualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

Apa kabarnya semua? Semoga semuanya dalam keadaan yang baik-baik dan dalam lindungan Tuhan ya, Aamiin…

Kali ini gue mau membahas tentang apa yang sekarang lagi hangat dibicarain banyak orang. Sekarang gue mau bahas tentang Riau. Tau kan Riau? Provinsi yang kental banget dengan suasana dan budaya Melayunya. Provinsi yang berwarna “kuning” alias digawangi pemimpin dari partai kuning ini sekarang lagi menghadapi kasus yang bias dibilang serius. Yap, kebakaran hutan. Sebenarnya kasus kebakaran hutan di Riau udah bukan hal yang aneh, ini mungkin udah jadi rahasia umum buat semuanya. Tahun lalu dan juga tahun-tahun sebelumnya sudah pernah kasus ini terjadi. Tapi kenapa tahun ini jadi topik pembicaraan banget?

Titik api di Riau per 12 Maret 2014
Tahun lalu, penanganan kabut asap di Riau bener-bener total. Kenapa? Tahun lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja mati-matian untuk mengatasi kabut asap di Riau. Gue inget, Kepala BNPB Pak Syamsul Maarif tahun lalu stay di posko BNPB di Riau. Tahun ini sih BNPB kembali terjun, tapi entahlah. Tahun lalu juga penanganan kabut asap dilakukan terpadu dengan beberapa pihak, seperti BNPB hingga TNI/Polri. Tahun ini juga nampaknya begitu, tapi entah juga kenapa susah juga ditanganinya. Bahkan tahun ini sampai juga dilakukan modifikasi cuaca yang sempat sukses “mengacak-acak” cuara Jakarta beberapa bulan ini.

Memang, titik api di Riau tahun ini banyak dan semakin liar. Kenapa semakin liar? Bayangin hutan biosfer yang ibaratnya hutan konservasi ikut-ikutan (atau diikutkan) terbakar. Hutan yang seharusnya dilindungi, ternyata ikut kebakar. Cara membuka lahan masyarakat dengan membakar hutan juga menambah parah kebakaran dan kabut asap di Riau. Titik asapnya tuh enggak Cuma satu, atau sepuluh. Tapi ratusan. Ada ratusan titik api se-Provinsi Riau. Kalo kebakaran karena iklim kering, itu mungkin hukum alam. Tapi kalo kebakaran karena dibakar, dan yang bakar bukan perorangan tapi perusahaan apa masih disebut hukum alam? Bahkan kalo kata gue, tidak pantes disebut bencana kebakaran hutan atau kabut asap.

Bandar Udara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru ikut-ikutan diasapin
Kabut asap ini bukan cuma “mengepung” Riau aja. Dua minggu lalu, Sumatera Utara ikut-ikutan di-asap-in akibat kebakaran hutan di Riau. Sekarang, giliran Sumatera Barat tepatnya di Bukittinggi yang paling kena imbas asap kebakaran hutan di Riau yang paling parah. Wajar, kalo Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno sampai bagi-bagi masker di Bukittinggi dan minta beberapa sekolah meliburkan anak muridnya. Tidak cuma Sumbar, Jambi pun ikut kena dampaknya. Harus diketahui juga, Bandar Udara Syarif Kasim Pekanbaru pun ikut ditutup dan otomatis banyak penumpang terlantar dan maskapai penerbangan kudu rugi. Info terbaru, beberapa penerbangan ke Bandar Udara Minangkabau Sumbar ikut mengalami penundaan gara-gara kabut asap ini.
 
Indeks polusi udara di Riau
Kabut asapnya juga sampai di Padang, Sumatera Barat

Alhamdulillah, presiden kita pak SBY akhirnya sudah bersuara dan meminta semua pihak untuk ikut mengatasi masalah ini. Bahkan ada menteri yang tidak ikut rapat mengenai kabut asap, pak presiden sampai marah-marah. Tapi, respon pak SBY ini memang dibilang terlambat. Beliau baru angkat bicara setelah banyak komentar sinis di media sosial bahkan sampai ada surat untuk presiden. Mungkin pak SBY tahu, mention twitternya penuh karena kabut asap. (atau malah asapnya sampai Istana). Tapi tenang, pak SBY diminta untuk tidak perlu datang ke Riau. Pak wagub Riau loh yang minta itu. Mungkin maksudnya pak Beye diminta mengatasi asap tanpa harus terkena asap secara langsung.


Lagipula untuk objek fotonya Bu Ani tidak bagus kan?


FAUZAN BERCERITA . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates