Senin, 27 April 2020

Assalammualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Halo semuanya!

Alhamdulillah hari ini gue balik lagi untuk ngeposting di blog kesayangan satu ini. Apa kabar readers semuanya? Semoga baik dan dalam lindungan Tuhan yaa, aamiin. Ohiya, gimana yang lagi ngejalanin puasa? Semoga semuanya dimudahkan dan lancar sampai akhir nanti.

Hari ini bertepatan dengan hari keempat shaum Ramadhan 1441 Hijriah dan masih dalam keadaan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Jakarta dan juga beberapa kota lain di Indonesia. Kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini banyak ngasih perubahan di hidup kita beberapa bulan belakangan ini. Kita jadi harus diam di rumah, nggak keluar kalo nggak penting-penting banget, jaga kebersihan diri terutama tangan, dan juga ngerubah segala aktivitas harian kita. Diantara kalian semua yang bekerja, ketika penyakit ini belum mewabah mungkin bisa ada di luar rumah seharian dan pulang cuma untuk istirahat. Begitupula kalian yang saat ini masih kuliah atau sekolah, sehari-hari aktivitasnya bangun pagi terus berangkat dan pulang lagi di sore harinya.

Sekarang, wabah Covid-19 ini masih bertahan seiring dengan datangnya Ramadhan. Gue rasa hampir semua umat Muslim di Dunia seneng nyambut datangnya bulan ini. Tapi emang Ramadhan tahun ini ada banyak penyesuaian yang kita alami. Sejak bulan lalu, kita udah "dipaksa" untuk beribadah di rumah. Mulai dari sholat fardhu harian, bahkan sampai sholat Jumat ditiadakan di hampir seluruh masjid dan musholla terutama yang ada di zona merah Covid-19. Rutinitas ibadah otomatis berpindah ke rumah masing-masing, dan bersama dengan keluarga kita. Dengan masuknya bulan Ramadhan ini, praktis kegiatan keagamaan yang biasanya padet di masjid atau musholla harus ditiadakan sementara supaya mencegah kerumunan dan mengurangi kemungkinan kita tertular.

Beberapa hari belakangan, gue ngelihat beberapa respon orang-orang yang merasa Ramadhan tahun ini kehilangan vibesnya. Ramadhan ditengah pandemi ini seolah-olah nggak meriah dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Diakui, memang Ramadhan tahun ini tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi nggak juga harus membuatnya berbeda. Ramadhan sejatinya adalah bulan dimana segala ibadah yang kita lakukan akan dilipatgandakan balasannya oleh Allah SWT. Selain itu, Ramadhan juga bulan yang penuh pengampunan atas segala dosa dan kesalahan kita selama ini. Lantas, mengapa kita harus menganggap Ramadhan ini berbeda?

Memang, dibulan Ramadhan ini biasanya segala kegiatan ibadah kita cukup banyak berkutat dalam masjid. Mulai dari sholat fardhu, iftar, tarawih, dan i'tikaf di akhir Ramadhan nanti. Tapi hampir semua hal itu bisa dilaksanakan di rumah kita masing-masing. Kita tetap dan harus bisa menjalankan sholat fardhu dirumah dan ibadah-ibadah sunnah Ramadhan lainnya. Seringkali terlupa, bahwa tarawih dan i'tikaf adalah sunnah dalam Ramadhan, sedangkan shaum atau puasa merupakan yang wajib. Aneh rasanya ketika kita sibuk mengkhawatirkan tidak dapat melaksanakan ibadah sunnah seperti biasanya, tapi tidak terpikir untuk memperbaiki yang wajib. Memang, bagi sebagian kita yang sudah bertahun-tahun berpuasa merasa mudah untuk menjalaninya, tapi apakah sudah benar-benar baik dalam melaksanakannya. Apakah kita benar-benar menahan hawa nafsu? menahan marah? menahan untuk tidak berbuat yang munkar? atau sekedar menahan lapar dan haus semata. Bahkan beberapa orang yang seusia kita masih belum bisa benar-benar menjalankan puasa karena godaan yang "begitu besar".

Gue nggak menganggap ibadah Ramadhan itu enteng atau remeh temeh, tapi ditengah pandemi ini sementara menjaga kesehatan kita dan masyarakat jauh lebih penting daripada itu. Banyak ulama, organisasi Islam memberikan tuntunan kita dalam beribadah selama Ramadhan sekalipun dari dalam rumah. Kita tetap bisa menjalankan sahur bersama keluarga di rumah, buka puasa bersama di rumah, bahkan menjalankan tarawih berjamaah pun bisa kita lakukan di rumah. Apakah ini menjadikan Ramadhan berbeda? Gue juga dapet banyak info, ada beberapa masjid yang memberikan kultum atau tausiyah, entah jelang berbuka ataupun saat tarawih secara online sehingga kita bisa mengakses dan "mengganti" tausiyah yang biasanya kita lihat secara langsung. Bahkan, Aa Gym membuat kajian ba'da subuh secara live di youtube. Banyak dari kita (termasuk gue mungkin) terjebak dengan tradisi yang sebenarnya nggak begitu penting dikala Ramadhan. Salah satunya bukber alias buka puasa bersama. Esensi bukber yang sedianya jadi sarana silaturahim, lambat laun bergeser menjadi sarana eksistensi diri dan pergaulan semata. Perbincangan yang ngelantur kesana kemari, tempat saling menyombongkan diri, hingga melewatkan waktu yang begitu lama. Pernah ada masanya, gue merasa jadi manusia paling sibuk sedunia karena hampir setiap hari ada agenda untuk buka puasa bersama di luar rumah. Tapi, ketika gue merasakan lamanya merantau, maka momen untuk buka puasa bersama keluarga di rumah menjadi momen yang sangat berharga. Beberapa temen gue pun yang saat ini masih merantau, merindukan hal yang sama dibanding sekadar buka puasa bersama diluar rumah.

Bulan Ramadhan ini cuma datang sekali dalam setahun. Bulan yang pagi dan malamnya penuh dengan ibadah, sebaiknya jangan kita lewatkan untuk dimanfaatkan. Bedakanlah, mana ibadah Ramadhan dan mana tradisi Ramadhan. Ibadah-ibadah Ramadhan tetap bisa kita lakukan dirumah dan harusnya tidak membuat itu menjadi berbeda. Sedangkan tradisi Ramadhan seperti sahur on the road, ngabuburit, bukber, sampai perang sarung dan main petasan jangan sampai menggeser makna Ramadhan yang sebenarnya. Seperti yang sempat gue bilang disalah satu media sosial, apa niat kita di Ramadhan ini? Untuk beribadah atau sekedar menjalankan tradisinya semata? Kalau kita bisa disiplin dan patuh ngikutin himbauan pemerintah, Insya Allah kita tetap dapat pahala Ramadhan dan kelak segera berkumpul dan berkehidupan normal kembali.

Terakhir, tulisan ini bukan bermaksud untuk menggurui apalagi menceramahi readers semuanya. Semoga ada yang bisa diambil dari tulisan ini. Semangat untuk terus beribadah di bulan Ramadhan tahun ini, dan tetap #dirumahsaja

Wassalammualaikum!

FAUZAN BERCERITA . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates