Sabtu, 28 September 2013


Hai semuanya. 
Apa kabar? 
Moga-moga baik-baik aja yaa

Hari ini gue mau ngepost nih. Akhir-akhir ini fikiran lagi berkecamuk *asik. Salah satunya seputar pemimpin. Pemimpin dimana pun.
Belakangan ini keseharian gue dipenuhi dengan kata-kata pemimpin. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya di satu bidang, sehingga dia mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan bersama

Saat ini gue ngerasa, banyak orang yang hendak atau mengajukan diri menjadi seorang pemimpin. Entah di level mana ia berada. Tingkatan rendah hingga tinggi, banyak orang berbondong-bondong mengajukan diri menjadi pemimpin.
Tapi ironis, banyak mereka-mereka itu yang kurang memiliki kecakapan. Kecapakan berkomunikasi, kecakapan berfikir, bahkan kecakapan memimpin. Padahal kemampuan memimpin itu mutlak harus ada dan harus bisa diterapkan oleh mereka-mereka yang hendak menjadi pemimpin. Mereka itulah yang kemudian hanya sekedar menjadi pemimpin untuk dipajang fotonya, dikenal namanya, atau bahkan merengkuh harta dan penghormatan dari berbagai pihak.

Kemudian yang terjadi saat ini juga adanya pemimpin pesanan. Apa maksudnya? Mereka yang telah dititipi oleh suatu pihak, entah pihak besar ataupun kecil untuk kemudian mempengaruhi kebijakan yang akan dibuat. Tentulah pihak-pihak yang hendak memesan pemimpin ini mesti jeli dalam memilih calon pinangannya. Pasti ada kriteria-kriteria dan syarat-syarat tertentu. Terpenting adalah bagaimana calon pemimpin ini mampu membawa pesanan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
Kenapa ada pemimpin pesanan? Hal ini terjadi akibat rasa ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap pihak-pihak lain atau calon-calon lain yang dirasa mampu memimpin tapi berbahaya bila akhirnya terpilih. Seperti apa? Ya misalkan saja apabila seseorang ini terpilih maka mampu terjadi sebuah revolusi besar-besaran. Layaknya seperti Adli Mansour yang hadir menggulingkan Mohammad Mursi.

Sekarang memang sudah masanya demokrasi yang itu berarti siapapun berhak menjadi pemimpin. Siapapun. Tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, pengusaha, hingga rakyat jelata berhak menjadi pemimpin. Asal tadi, mampu memimpin dan memengaruhi rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama.
Tapi sayang, keran demokrasi sampai saat ini masih sulit untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin yang revolusioner. Akhirnya yang terjadi pemimpin-pemimpin mainstream yang terus menerus melanjutkan kebijakan-kebijakan mainstream ditengah rakyat yang kian mainstream.

Ditengah keprihatinan terhadap sosok pemimpin ini, ada sebuah kutipan yang cukup menggambarkan kondisi sekarang, yaitu A Good Man In The Wrong Position atau A Wrong Man In The Good Position. Orang yang benar di posisi yang salah atau Orang yang salah di posisi yang benar. Hal itulah yang nampaknya terjadi atau akan terjadi saat ini dan saat yang akan datang. Contohnya, seseorang yang padahal selayaknya memimpin di posisi A, nyatanya ditempatkan di posisi B padahal seseorang ini mampu dan sudah hafal betul mengenai tugas dan kebijakan di posisi A. Begitupula sebaliknya.
Tapi hal itu kadang ditutup dengan alasan, Tidak Ada Orang Lain. Kata-kata itu pamungkas untuk kemudian menyatakan “Cuma Dia Yang Bisa”. Walau sebenarnya masih banyak orang yang bisa memimpin atau sekedar menempati posisi yang benar sehingga tercipta A Good Man In The Good Position.

Ya itu sekedar cuap-cuap singkat belaka. Kalo emang ada yang tidak sependapat dengan itu diatas, mari didiskusikan. Toh ini semua demi terciptanya pemimpin yang baik, yang benar, dan yang mampu memimpin. Bukan sekedar memuaskan suatu golongan semata.

Kata terakhir: "Pemimpin adalah Milik Semua bukan Suatu Golongan. Pemimpin boleh diajukan oleh Suatu Golongan, tetapi Tetap Bekerja untuk Semua."

Sekian.
Wassalam

FAUZAN BERCERITA . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates